I. PERLENGKAPAN SANGGING
1. Kelapa gading yang dikasturi,
airnya dibuang dan ditulis gambaran Ardhanaresvari (gambar Smara Ratih). Kelapa
gading ini akan dipakai sebagai tempat “ludah” dan “singgang gigi (pedangal)”
yang sudah dipakai. Setelah uapcara, kelapa gading ini dipendam di belakang
Sanggah Kamulan.
2. Untuk singgang gigi / pedangal, adalah tiga potong cabang dapdap dan
tiga potong tebu malem / tebu ratu. Panjang pedangal ini -/+ 1,5 cm.
3. Pengilap yaitu sebuah cincin bermata mirah. yang dipakai untuk menulis /
ngerajah gigi di metatah.
4. Pengurip-urip yang dibuat dari empu kunir (inan kunyit), yang dikupas
sampai bersih dan kapur (pamor). Dipakai setelah selesai metatah untuk pertama
kali yang ditatah menggigit kunir dan kapur pengurip ini.
5. Sebuah bokor yang berisi: kikir, cermin, pahat, palu. (biasanya pengilap
/ mirah dan pengurip-urip tersebut di atas diletakkan menjadi satu di bokor
ini).
6. Sebuah tempat yang berisi sirih lekesan, tembakau, pinang, gambir. (Di
dalam sirih sudah berisi kapur).
7. Beberapa potong kain (yang baru) sebagai penutup badan pada waktu
upacara (rurub).
8. Banten tetingkeb yang akan diinjak pada waktu turun dari bale petatahan
setelah upacara selesai.
1. Sangging
melaksanakan puja kepadaBhatara Surya, Sanghyang Smara Ratih, Sanghyang Aji
Sarasvati, Bhatara Gana, memohon pengraksa dan tuntunan agar berkenan menjaga
sehingga upacara ini dapat berjalan dengan baik dan sukses (siddha karya dan
siddha sampurna). Mantra Pengaraksa Bale petatahan :
l ONG UTEJO SAKHAM PANDAM
SUCI GATRI MAHA SIDDHI, SARVA PAPA VINASANAM, TASKARA MANTRA UTTAMAM, ONG HRANG
HRING SAH (MANTRA PANGRAKSA).
Sumber: lontar Kanda Pitu
l ONG HIDEPKU SANG HYANG JATU
TUNGGAL, MANGRANGSUK AKU GUNA WISESA, BHUTA, LEAK ASIH, SAKWEHING SATRU MUSUHKU
PADA PATUH INGKUP, SAMA WEDI, TEKA HAP (3X), TEKA LUPA (3X), ASING TEKA KUKUL
DUNGKUL. (MANTRA PENOLAK BHAYA). Pada waktu mengucapkan pusatkan pikiran pada
ubun-ubun. Sumber ; Lontar Punggung tiwas, lb.6a
l ONG SANG HYANG CINTYA RAJA
PINULAH, ANG ANG ANG, ANG ANG ANG, ANG ANG ANG. (MANTRA PENOLAK SEGALA
PERBUATAN JAHAT, JIN, SETAN, BEBAHI, ORANG MARAH, IRI HATI DSB).
Sumber: Lontar
Tutur Kadharman, lb. 40a
2. Seperti
biasa dilakukan upacara mabhyakala dan maprayascita, lalu sembahyang kehadapan
Bhatara Surya, dan Sanghyang Smara Ratih, kemudian naik ke tempat upacara
potong gigi serta duduk menghadap ke hulu. Pimpinan upacara mengambil cicin
mirah yang dipakai untuk ngarajah pada beberapa tempat yaitu:
a. Pada Dahi : Omkara Amertha
Adu Muka
b. Pada gigi taring kanan : Ang
c. Pada gigi taring kiri : Ang
d. Pada gigi seri atas : Ah
e. Pada gigi seri bawah : Ang
f. Pada lidah : Omkara
3. Setelah itu
sangging menatah / memahat gigi orang yang akan ditatah secara simbolik dengan
sarana pahat dan palu yang telah di pasupati. Mantra pengurip palu: ONG
UTTAMAM, ONG HRAH PHAT NAMAH SVAHA. Mantra pengurip pahat yaitu: ONG UTTAMAM,
ONG UNG PHAT NAMAH SVAHA.
4. Setelah itu
baru diperciki Tirtha Pesangihan (dari Pedanda), selanjutnya upacara dipimpin
oleh Sangging. Setelah orang yang bersangkutan tidur serta memakai rurub, maka
sangging mengambil kikir lalu diberi mantra. Orang yang akan ditatah diberi
pedangal tebu dan carang dapdap.
ü
Untuk laki-laki pedangal tebu
di sebelah kanan dan carang dapdap di sebelah kiri.
ü Untuk wanita pedangal tebu di
sebelah kiri dan carang dapdap di sebelah kanan.
5. Setelah
kikir diberi mantra, lalu dimulailah pelaksanaan potong gigi dengan disertai
puja. Kemudian pedangal diganti, orang yang bersangkutan disuruh meludah,
pedangal diganti, dan demikian seterusnya sampai dianggap cukup.
ü
Ludah dan pedangal dibuang ke
dalam kelapa gading.
ü Setiap selesai disangih sebelum diganti pedangal orang yang bersangkutan
disuruh bercermin.
6. Bila sudah
dianggap cukup, lalu diberi pengurip-urip (kunir dan kapur), kemudian berkumur
dengan air cendana, selanjutnya makan sirih (ludahnya ditelan tiga kali), dan
sisanya dibuang ke dalam kelapa gading.
7. Selanjutnya
natab banten peras, dan waktu turun menginjakkan kakinya pada banten tetingkeb
sebanyak tiga kali.
8. Setelah
peserta selesai ditatah dilarang untuk berkeliaran, memakan makanan padas dan
dingin. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan sembahyang dan natab banten
petatahan yang ada di lapaan.
9. Beberapa buah mantra :
a. Mantra
kikir: Om Sang Parigi Manik, ajo sira geger
lunga, antinen kakangnira sang Sri Kanaka, teka kekeh pageh, tan katekaning
lara wighna, teka awet teka awet teka awet.
b. Mantra
Mirah: Om Sri Bhatrimsa ya namah, Om Sri
Bhatrimsa samyogi ya namah
c. Mantra memulai Nyagih: Om
Sanghyang tunggal angentas papa klesan kita ring bapa ibu, Om
lunga hayu teka hayu (3x).
d. Mantra ketika sedang Nyangih:
Om Krekna jiwa prasiddha ya namah, Om purna jiwa ya namah, Om
suddha paripurna jiwa ya namah, Om Brahma ya namah.
e. Mantra
Pangurip-urip: Om urip uriping bhayu sabda idhep, teka urip, Ang Ah, Om taya
urip, bhayu urip, manusa urip, pada urip (3x) , Om Sang Bang Tang Ang Ing Nang
Mang Sing Wang Yang Ang Ung Mang, Om Brahma urip Visnu urip Siva sampurna ya
namah svaha.
f. Mantra
Lekesan: Om suruh mara jambe mara, tumiba pwa sira ring lidah, Sanghyang bhumi
ratih aran sira, tumiba pwa sira ring hati, kunci pepet aran sira, katemu-temu
dlaha, samangkana lawan tembe, metu pwa sira ring wewadonan Sanghyang Sumarasa
aran sira, astu kedep siddhi mantranku.
g. Rajahan Lekesan / Sirih: Ya Sa Pa
Wa
h. Rajahan Pinang: Ang Ung Mang
i. Rajahan Pedangal Tebu: Ong
Ang
j. Rajahan Pedangal Dapdap: Ong
Ah
Demikian tentang tata karma /
tetikesan Sangging ketika melaksanakan dharmanya sebagai manggala upacara.
Semoga mendapat pencerahan dan selalu dapat mengutamakan pelayanan kepada umat
semuanya.
Menurut lontar Satra Proktah tidak boleh sawa (mayat) itu ditatah, yang disebut; “Ngeludin wangke Ngaran”.
Om Śāntih Śāntih Śāntih Om
Refrensi
:
Oleh:
(Shri Danu D.P)I Wayan Sudarma
*
Disampaikan sebagai bahan penataran Calon Sangging di Pura Agung Tirta Bhuana
Bekasi, dari tanggal 3 sampai 6 Nopember 2005.
**
Penyuluh Agama Hindu Kota
Bekasi
Bagi kami yang punya keyakinan dan beragama kurang percaya dengan yang namanya tahyul seperti itu, berfikir saja pakai logika semua orang ingin kaya tapi jalannya harus dengan usaha / bekerja Rejeki pasti akan datang dan ingat juga dengan KARMA kita sebelumnya, contoh riilnya Kanjeng.... yang bisa melipat-gandakan uang buktinya apa, melarat semua pesertanya dibohongi
BalasHapusKalau memang benar apa yang anda sampaikan itu, berarti si ustad sangat kaya sekali karena tak mungkin mau dibagi kalau untuk dirinya belum terpenuhi